Senin, 15 April 2013

EKG dan Ilmu Dasarnya


Sifat-Sifat Listrik Sel Jantung :
→ Sel - sel otot jantung mempunyaisusunan ion yang berbeda antara ruang dalam sel
( ekstraseluler). Dari ion-ion ini, yang terpenting ialah ion Na+ dan ion K+. Kadar K+
intraselular sekitar 30 kali lebih tinggi dalam ruang ekstraselular daripada dalam ruang intraselular.
→ Membran sel otot jantung ternyata lebih permeabel untuk ion K+ daripada untuk ion Na+. Dalam keadaan istirahat, karena perbedaan kadar ion-ion, potensial membran bagian dalam dan bagian luar tidak sama. Membran sel otot jantung saat istirahat berada pada keadaan Polarisasi, dengan bagian luar berpotensial positif dibandingkan bagian dalam. Selisih potensial ini disebut  potensial membran,  yang dalam keadaan istirahat berkisar 90 mV. Bila membran otot jantung dirangsang, sifat permeabel membran sehingga ion Na+ masuk kedalam sel, yang menyebabkan
potensial membran berubah dari -90 mV menjadi +20 mV ( potensial diukur intraseluler terhadap ekstraseluler). Perubahan potensial membran karena stimulus ini disebut depolarisasi. Setelah proses depolarisasi. Setelah proses depolarisasi selesai, maka potensial membran kembali mencapai keadaan semula, yaitu proses Repolarisasi. 

Potensial aksi
Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi dalam sel otot jantung dibandikan dengan potensial diluar sel, pada saat stimulus, maka perubahan potensial yang terjadi sebagai fungsi dari waktu, disebut potensial aksi. Kurva potensial aksi menunjukan karakteristik yang khas, yang dibagi menjadi 4 fase yaitu (Gambar 15.) :
      ·        Fase 0 adalah :
Awal potensial aksi yang berupa garis vertikal keatas yang yang merupakan lonjakan potensial sehingga mencapai +20 mV. Lonjakan potensial dalam daerah intraseluler ini  disebabkan karena masuknya ion Na+ dari luar kedalam sel.
      ·        Fase 1 adalah :
Fase repolarisasi awal yang pendek, dimana potensial kembali dari +20 mV mendekati 0 mV.
      ·        Fase 2 adalah :
Fase datar dimana potensial berkisar pada 0 mV. Dalam fase ini terjadi gerak masuk dari ion Ca2+ untuk mengimbangi gerak keluar dari ion K+.
      ·        Fase 3 adalah :
Masa repolarisasi cepat dimana potensial kembali secara tajam pada tingakt awal yaitu fase 4.

                                                      Gambar 15. Aksipotensial


Sistem Konduksi Jantung
Sistem konduksi jantung terdiri dari nodus Sini Atrial (SA), nodus Atrioventrikuler (AV), berkas His dan serabut Purkinye (Gambar 16.).
      ·        Nodus SA.
Nodus SA terletak pada pertemuan antara vena kava superior dengan atrium kanan. Sel-sel dalam nodus SA secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls dengan frekuensi 60 – 100 x/menit.
      ·        Nodus AV.
Terletak di  atas sinus koronarius pada dinding posterior atrium kanan. Sel-sel dalam nodus AV mengeluarkan impuls lebih rendah dari nodus SA yaitu 40 –  60 x/menit.
      ·        Berkas His.
Nodus AV kemudian menjadi Berkas His yang menembus jaringan pemisah miokardium atrium dan miokardium ventrikel, selanjutnya berjalan pada septum ventrikel yang kemudian bercabang dua menjadi berkas kanan (Right Bundle Branch  = RBB) dan berkas kiri (Left Bundle  Branch  = LBB). RBB dan LBB kemudian menuju endokardium ventrikel kanan dan kiri, berkas tersebut
bercabang menjadi serabut-serabut Purkinye.
      1.      Serabut Purkinye.
Serabut Purkinye mampu mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 -40 x/menit.
                                       

Gambar 16. Sistem Konduksi Jantung

Perlengkapan EKG
EKG yang digunakan untuk latihan keterampilan adalah : Fx : 2111. Fukuda ME Japan
Ada 10 kabel dari EKG yang dihubungkan dengan pasien :
Empat macam kabel menghubungkan antara alat EKG dengan keempat anggota gerak, yaitu :
- Warna merah untuk tangan kanan
- Warna kuning untuk tangan kiri
- Warna hitam untuk kaki kanan
- Warna hijau untuk kaki kiri
Enam buah elektrode untuk precordial, menghubungkan daerah  prekordial dengan alat EKG,
yaitu :
- Lead C1 warna putih / merah di V1
- Lead C2 warna putih / kuning di V2
- Lead C3 warna putih / hijau di V3
- Lead C 4 warna putih / coklat di V4
- Lead C 5 warna putih / hitam di V5
- Lead C 6 warna putih / ungu di V6

Elektrokardiogram (EKG)
EKG adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. Kelainan tata listrik jantung akan menimbulkan kelainan gambar EKG. Sejak Einthoven pada tahun  1903 berhasil mencatat potensial listrik yang terjadi pada waktu jantung berkontraksi, pemeriksaan EKG menjadi pemeriksaan diagnostik yang penting. Saat ini pemeriksaan jantung tanpa pemeriksaan EKG dianggap kurang lengkap. Beberapa kelainan jantung sering  hanya diketahui berdasarkan EKG saja. Tetapi sebaliknya juga, jangan memberikan penilaian yang berlebihan pada hasil pemeriksaan EKG dan mengabaikan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
      1.      Sandapan – sandapan pada EKG.
Untuk memperoleh rekaman EKG, pada  tubuh dilekatkan elektroda-elektroda yang dapat meneruskan potensial listrik dari tubuh ke sebuah alat pencatat potensial yang disebut  elektrokardiograf. Pada rekaman EKG yang konvensional dipakai 10 buah elektroda, yaitu 4 buah elektroda Extremitas dan 6 buah elektroda Prekordial. Elektroda-elektroda ekstremitas masin-masing dilekatkan pada lengan kanan, lengan kiri, tungkai kanan dan tungkai kiri. Elektroda tungkai kanan selalu dihubungkan dengan bumi utnuk menjamin pontensial nol yang stabil (Gambar 17. ).
Lokasi penetapan elektroda sangat penting diperhatikan, karena penetapan yang salah
akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.
Elektroda-elektroda prekordial diberi nama V1-V6 dengan lokalisasi sebagai berikut :
(Gambar 18.) :
V1  : Garis Parasental kanan, pada interkostal IV
V2  : Garis pada Parasternal kiri, pada Interkostal IV,
V3  : Titik tengah antara V2 dan V4
V4  : Garis Klavikula-tengah, pada interkostal V,
V5  : Garis aksila depan, sama tinggi dengan V4,
V6  : Garis aksila tengah , sama tinggi dengan V4 dan V5

Kadang-kadang diperlukan elektroda-elektroda prekordial sebelah kanan, yang disebut
V3R, V4R, VSR dan V6R yang letaknya berseberangan dengan V3,V4,V5 dan V6.


                                                      Gambar 17. Elektroda ekstremitas


                                                       Gambar 18. Elektroda Prekordial

      2.      Sandapan-sandapan Ekstremitas
Dari elektroda - elektroda ekstremitas didapatkan tiga sandapan, dengan rekaman potensial
bipolar, yaitu :
-  Sandapan I = Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA), Dimana tangan kanan bermuatan negatif (  -  ) dan tangan kiri bermuatan positif ( + ).
-  Sandapan II = Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan Kaki kiri (
LF ) dimana tangan bermuatan negatif ( -  ) dan kaki kiri bermuatan positif ( + ).
-  Sandapan III = Merekam beda potensial antara tagan kiri ( LA) dengan Kaki kiri ( LF ), dimana tangan kanan bermuatan negatif (  -  ) dan tangan kiri bermuatan positif ( + ).
Ketiga sandapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segita sama sisi, yang lazim disebut
segitiga EINTHOVEN.
Untuk mendapatkan sandapan unipolar, gabungan dari sandapan I,II,III disebut terminal sentral dan anggap berpontensial nol. Bila potensial dari suatu elektroda dibandingakan dengan terminal sentral , maka didapatkan potensial mutlak elektroda tersebut dan sandapan yang diperoleh disebut sandapan unipolar.
Sandapan Unipolar Ekstrimitas yaitu :
-          Sandapan aVR = Merekam potensial listrik pada tangan kanan ( RA), dimana tangan kanan bermuatan positif ( +), tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektroda Indiferen ( potensial nol ).
-          Sandapan aVL = Merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana tangan kiri bermuatan positif ( + ) ,tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda Indiferen ( potensial nol ).
-          Sandapan aVF = Merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana kaki kiri bermuatan positif ( + ) ,tangan kanan dan tangan kiri membentuk elektroda Indiferen ( potensial nol ).
Sandapan Unipolar Prekordial yaitu :
Merekam besar potensial listrik  jantung dengan bantuan elektroda yang ditempatkan dibeberapa tempat dinding dada. Elektroda Indiferen diperoleh dengan menggabungkan ketiga elektroda ekstrimitas. Sesuai dengan nama elektrodanya, sandapan-sandapan prekordial disebut V1, V2, V3, V4, V5 dan V6.
      3.      Kertas EKG.
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal dan vertical dengan jarak 1 mm (sering disebut sebagai kotak kecil). Garis yang lebih tebal terdapat pada setiap 5 mm (disebut kotak besar). Perhatikan Gambar 19.
-  Garis horizontal menggambarkan waktu, dimana 1 mm = 0.04 detik, sedangkan 5 mm
   = 0.20 detik.
-  Garis vertical menggambarkan voltase, dimana 1 mm = 0,1 milliVolt, sedangkan
   setiap 10 mm = 1 milliVolt.
Pada praktek sehari-hari perekaman dibuat dengan kecepatan 25 mm/detik. Pada awal rekaman kita harus membuat kalibrasi 1 milliVolt yaitu sebuah atau lebih yang menimbulkan defleksi 10 mm. Pada keadaan tertentu kalibrasi dapat diperbesar yang akan menimbulkan defleksi 20 mm atau diperkecil yang akan menimbulkan defleksi 5 mm. Hal ini harus dicatat pada saat perekaman EKG sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang salah bagi pembacanya.
Garis rekaman mendatar tanpa ada potensi listrik disebut garis iso-elektrik. Defleksi yang
arahnya keatas disebut defleksi positif, yang kebawah disebut defleksi negatif.

       Gambar 19. REKAMAN EKG NORMAL





      4.      Interpretasi EKG


             Gambar 20. Rekaman EKG dalam 1 siklus

Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan ventrikel.
Proses listrik ini terdiri dari :
-  Depolarisasi Atrium
-  Repolarisasi Atrium
-  Depolarisasi Ventrikel
-  Repolarisasi Ventrikel
Sesuai dengan proses listrik jantung, setiap hantaran pada EKG normal memperlihatkan 3 proses listrik yaitu depolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel. Repolarisasi atrium umumnya tidak terlihat pada EKG, karena disamping intensitasnya kecil juga repolarisasi atrium waktunya bersamaan dengan depolarisasi  ventrikel yang mempunyai intensitas yang jauh lebih besar.
EKG normal terdiri dari gelombang P, Q, R, S dan T serta kadang terlihat gelombang U
(Gambar 20.). Selain itu juga ada beberapa interval dan segmen EKG.

Gelombang P (Gambar 20 dan 21.)
Gelombang P merupakan gambaran proses depolarisasi atrium dari pemacu jantung fisiologi nodus SA atau dari atrium. Gelombang P bisa positif, negatif, atau bifasik, atau bentuk lain yang khas.  
Gelombang P yang normal :
-  Lebar kurang dari 0.12 detik
-  Tinggi kurang dari 0.3 milliVolt
-  Selalu positif di lead II
-  Selalu negatif di aVR


              Gambar 21. Variasi Gelombang P

Gelombang QRS ( Gambar 20 ).
Merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel, terdiri dari gelombang Q, gelombang R dan gelombang S. Gelombang QRS yang normal :
-          Lebar 0.06 - 0.12 detik
-          Tinggi tergantung lead
Gelombang Q adalah defleksi negatif pertama pada gelombang QRS. Gelombang Q yang
normal :
-          Lebar kurang dari 0.04 detik
-          Tinggi / dalamnya kurang dari 1/3 tinggi R
Gelombang R adalah defleksi positif pertama gelombang QRS. Gelombang R umumnya positif di lead II, V5 dan V6. Di lead aVR , V1 dan V2 biasanya hanya kecil atau tidak ada sama sekali.
Gelombang S adalah defleksi negatif sesudah gelombang R. Di lead aVR dan V1 gelombang S terlihat dalam dan di V2 ke V6 akan terlihat makin lama makin menghilang atau berkurang dalamnya.

Gelombang T (Gambar 20 dan 22).
Merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel. Umumnya gelombang T positif di
lead I, II, V3  –  V6 dan terbalik di aVR.

Gelombang U
Adalah gelombang yang timbul setelah gelombang T dan sebelum
gelombang P berikutnya. Penyebab timbulnya gelombang U masih belum diketahui, namun
diduga akibat repolarisasi lembat sistem konduksi interventrikel.


                                           Gambar 22. Gelombang T, U dan QT

Interval PR.
Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS.
Nilai normal berkisar antara 0.12  –  0.20 detik. Ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
depolarisasi atrium dan jalannya impuls melalui berkas His sampai permulaan depolarisasi ventrikel.

Segmen ST ( Gambar 23 dan 24 ).    
Segmen ST diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T. Segmen ini normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekordial dapat bervariasi dari -0.05 sampai +2 mm.
Segmen ST yang naik disebut ST elevasi dan yang turun disebut ST depresi.



Sistematika Pemeriksaan EKG :
A. 1. Irama
     2. Frekuensi Jantung
     3. PR-Interval
     4. Morfologi
        a. Gelombang P
        b. Komplex QRS
        c. ST Segment
        d. Gelombang T
        e. QRS Interval
        f. VAT
        g. QT Ratio
B. Kesimpulan EKG
5.      Prosedur Kerja
A. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi.
1.  Mulai dengan melihat vena-vena servikal.
a)  Periksa tingkat distensi vena leher dan fluktuasi tekanan vena.
b)  Atur posisi pasien pada tempat pemeriksaan dengan punggung lurus dan kepala ditinggikan     30 derjat dari garis horizontal.
c)  Perhatikan puncak kolom darah berfluktuasi selama siklus jantung.

2.  Inspeksi Prekordium
a)  Perhatikan kesimetrisan dada.
b)  Tentukan lokasi apeks jantung.

Palpasi.
1.  Palpasi denyut karotis untuk menilai ejeksi ventrikel kiri.
2.  Pusatkan perhatian pada ciri tiap denyut nadi.
3.  Lakukan palpasi daerah prekordium, tentukan lokasi apeks.
4.  Letakkan bantalan dua atau tiga jari di atas tempat denyut apeks perhatikan ketukan
     dan tarikan yang cepat.
5.  Periksa prekordium kanan untuk mencari dekstrokardia.
6.  Palpasi sendi klavikula dan suprasternal, tiapsela iga parasternal, apeks dan mid aksilla.

Perkusi
1.  Mulai pada tiap sela iga jauh ke lateral ke arah aksila, perkusi ke arah sternum.
2.  Tentukan batas jantung kiri, atas dan kanan.
3.  Tentukan pinggang jantung.

Auskultasi
1.  Letakkan jari tangan pada karotis, identifikasi dan dengarkan bunyi jantung pertama, kedua dan interval diantara bunyi  jantung pertama dan kedua ( fase sistolik) dan bunyi jantung kedua dan pertama (fase diastolik).
2.  Auskultasi seluruh prekordium, empat daerah penting mencerminkan bunyi dari empat katup.

B. Perekaman EKG
1.  Siapkan 1 set EKG pada tempat yang sudah ditentukan.
2.  Pemeriksa berada sebelah kanan pasien.
3.  Pasien tidur terlentang dalam keadaan rileks dan dada terbuka.
4.  Bersihkan tempat pemasangan elektroda dengan alcohol.
5.  Oleskan jelly pada tempat pemasangan elektroda.
6.  Kecepatan perekaman 25mm/detik dengan kalibrasi 1 cm = 1 mVol.
7.  Perekaman dimulai secara manual dari lead I, II, III, AVR, AVL, AVF dan V1 – V6.
8.  Elektroda dilepas dari pasien dan dibersihkan.

Sumber :
- ADAMS: Physical Diagnosis. Burnside-Mc.Glynn. 17th ed

- Buku: EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung untuk Dokter Umum. 
Penulis :
  1. Dr. Syukri Karim (Bagian Kardiologi FKUI/RS.Jantung Harapan Kita) dan Dr. Peter 
  2. Kabo,   (Bagian Farmakologi UNHAS RSU Wahidin Sudirohusodo).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar