Jumat, 25 Januari 2013

Cardiac Arrest



1. Pengertian.

    Cardiac arrest  adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan 
mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit 
jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan , terjadi dengan 
sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak  (American Heart Association,2010). 
Jameson,  dkk (2005),  menyatakan bahwa  cardiac arrest  adalah penghentian 
sirkulasi normal darah akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa 
henti  jantung atau  cardiac  arrest  adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak 
untuk mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen 
ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara 
efektif.

2. Faktor Predisposisi

    Iskandar (2008),  mengatakan bahwa  faktor risiko  cardiac arrest  adalah:
Laki-laki usia 40 tahun atau lebih, memiliki kemungkinan untuk terkena  cardiac
arrest  satu  berbanding  delapan orang, sedangkan pada wanita adalah satu
berbanding 24 orang.   Semakin  tua seseorang, semakin rendah risiko henti jantung
mendadak. Orang dengan faktor risiko untuk penyakit jantung, seperti hipertensi,
hiperkholesterolemia dan merokok memiliki peningkatan risiko terjadinya cardiac
arrest (Iskandar,2008).

    Menurut American Heart Association (2010), seseorang dikatakan
mempunyai risiko tinggi untuk terkena cardiac arrest  dengan kondisi :

a)  Adanya jejas di jantung karena serangan jantung terdahulu atau oleh sebab
     lain; jantung yang terjejas atau mengalami pembesaran karena sebab
     tertentu cenderung untuk mengalami aritmia ventrikel yang mengancam
     jiwa. Enam  bulan pertama setelah seseorang mengalami serangan jantung
     adalah periode risiko tinggi untuk terjadinya cardiac arrest pada pasien
     dengan penyakit jantung atherosclerotic.
b)  Penebalan otot jantung (cardiomyopathy)  karena berbagai sebab (umumnya
     karena tekanan darah tinggi, kelainan katub jantung) membuat seseorang
     cenderung untuk terkena cardiac arrest.
c)  Seseorang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung; karena
     beberapa kondisi tertentu, beberapa obat-obatan untuk jantung (anti aritmia)
     justru  merangsang timbulnya aritmia  ventrikel  dan berakibat cardiac arrest.
     Kondisi seperti ini disebut proarrythmic effect. Pemakaian obat-obatan yang
     bisa mempengaruhi perubahan kadar potasium dan magnesium dalam darah
     (misalnya penggunaan diuretik) juga dapat  menyebabkan aritmia yang
     mengancam jiwa dan cardiac arrest.
d)  Kelistrikan yang tidak normal; beberapa kelistrikan jantung yang tidak
     normal seperti  Wolff-Parkinson-White-Syndrome  dan sindroma gelombang
     QT yang memanjang bisa menyebabkan  cardiac arrest  pada anak dan
     dewasa muda.
e)  Pembuluh darah yang tidak normal, jarang dijumpai  (khususnya di arteri
     koronari dan aorta) sering menyebabkan kematian mendadak pada dewasa
     muda. Pelepasan adrenalin ketika berolah raga atau melakukan aktifitas fisik
     yang berat, bisa menjadi pemicu terjadinya  cardiac arrest  apabila dijumpai
     kelainan tadi.
f)  Penyalahgunaan obat; penyalahgunaan obat adalah faktor utama terjadinya
    cardiac arrest  pada  penderita yang sebenarnya tidak mempunyai kelainan
    pada organ jantung.


3.Tanda-tanda Cardiac Arrest.

Tanda-  tanda cardiac arrest  menurut Diklat Ambulans Gawat Darurat 118
(2010) yaitu:
a.  Ketiadaan respon; pasien tidak berespon terhadap rangsangan suara,
     tepukan di pundak ataupun cubitan.
b.  Ketiadaan pernafasan normal; tidak  terdapat pernafasan normal
     ketika jalan pernafasan dibuka.
c.  Tidak teraba denyut nadi di arteri besar (karotis, femoralis, radialis).


4.Proses Terjadinya Cardiac Arrest

Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya  aritmia:
(Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).
a)  Fibrilasi ventrikel
     Merupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan kematian mendadak,
     pada keadaan ini jantung tidak dapat melakukan fungsi kontraksinya,
     jantung hanya mampu bergetar saja. Pada kasus ini tindakan yang harus
     segera dilakukan adalah CPR dan DC shock atau defibrilasi.
b)  Takhikardi ventrikel
     Mekanisme penyebab terjadinyan  takhikardi ventrikel biasany a karena
     adanya gangguan otomatisasi (pembentukan impuls) ataupaun akibat adanya
     gangguan konduksi. Frekuensi nadi yang cepat akan menyebabkan fase
     pengisian ventrikel kiri akan memendek, akibatnya pengisian  darah  ke
     ventrikel juga berkurang sehingga curah jantung akan menurun. VT dengan
     keadaan hemodinamik stabil, pemilihan terapi dengan medika mentosa lebih
     diutamakan. Pada kasus VTdengan gangguan hemodinamik sampai terjadi
     henti jantung  (VT tanpa nadi), pemberian terapi defibrilasi dengan
     menggunakan DC shock dan CPR adalah pilihan utama.
c)  Pulseless Electrical Activity (PEA)
     Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan
     kontraktilitas atau menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga
     tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi tidak teraba.  Pada kasus ini CPR
     adalah tindakan yang harus segera dilakukan.
d)  Asistole
     Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada jantung,
     dan pada monitor  irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus. Pada
     kondisi ini tindakan yang harus segera diambil adalah CPR.


5. Prognosis

    Kematian otak dan kematian permanen dapat terjadi hanya dalam jangka
waktu  8  sampai  10  menit dari seseorang tersebut mengalami henti jantung  (Diklat
Ambulans Gawat Darurat 118,2010).    Kondisi tersebut dapat dicegah dengan
pemberian  resusitasi jantung paru  dan defibrilasi segera (sebelum melebihi batas
maksimal waktu untuk terjadinya kerusakan otak), untuk secepat mungkin
mengembalikan fungsi jantung normal.  Resusitasi jantung paru dan defibrilasi yang
diberikan antara 5 sampai 7 menit dari korban mengalami henti jantung, akan
memberikan kesempatan korban untuk    hidup rata-rata sebesar 30% sampai 45 %.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan penyediaan defibrillator yang
mudah  diakses  di tempat-tempat umum seperti pelabuhan udara, dalam arti
meningkatkan kemampuan untuk bisa memberikan pertolongan (defibrilasi)
sesegera mungkin, akan meningkatkan kesempatan hidup rata-rata bagi korban
cardiac arrest sebesar 64% (American Heart Assosiacion.2010).






Tidak ada komentar:

Posting Komentar